Jumat, 14 Desember 2018

Bilangan Prima dan Bilangan Komposit


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Dalam pembelajaran matematika telah kita ketahui ada macam-macam bentuk bilangan. Seperti bilangan genap, ganjil, bulat asli, real dan salah satunya yakni bilangan prima. Sejak sekolah dasar tentu kita telah mengetahui apa itu bilangan prima. Bilangan prima yakni bilangan yang hanya mempunyai dua fakor yakni satu dan dirinya sendiri. Bagi sebagian orang tentu belum banyak yang tau tentang manfaat dan keuntngan apa saja yang dapat dihasilkan dengan operasi pada bilangan prima, bagaimana sejarah bilangan prima dari awal, sifat sifat bilangan prima, cara menentukan bilangan prima dll. Dengan makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang bilangan prima.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana sejarah bilangan prima dan  apa manfaatnya?
2.      Apa definisi bilangan prima., komposit dan faktorisasai prima?
3.      Bagaimana sifat-sifat bilangan prima?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Bilangan Prima
            Bilangan prima telah dipelajari selama ribuan tahun. Buku “Elements” karya Euclid diterbitkan sekitar 300 tahun sebelum masehi yang menjadi bukti beberapa hasil terkait bilangan prima. Pada bagian IX dari “Elements”, Euclid menulis kemungkinan terdapat begitu banyak bilangan prima, mendekati tak hingga. Euclid juga memberi bukti teori dasar dari Aritmatika, dimana setiap bilangan bulat dapat ditulis sebagai hasil perkalian bilangan prima secara unik.
Pada buku “Elements”, Euclid menyelesaikan masalah tentang bagaimana menciptakan angka sempurna, dimana bilangan bulat positif setara dengan jumlah dari pembagi positif, menggunakan bilangan prima Marsenne. Bilangan prima Marsenne merupakan bilangan prima yang dapat dihitung lewat persamaan 2n – 1. Bilangan Marsenne termasuk angka terbesar yang pernah terungkap.
Pada tahun 200 sebelum masehi, Eratosthenes membuat algoritma untuk menghitung bilangan prima, yang dikenal juga sebagai Saringan Eratosthenes. Algoritma merupakan salah satu algoritma yang pertama kali ditulis. Eratosthenes meletakkan angka pada kotak dan mencoret berbagai angka yang tergolong kelipatan dan akar kuadrat sehingga angka tersisa merupakan bilangan prima.
Namun saat Dark Ages, dimana intelektual dan sains mengalami tekanan, tidak ada lagi karya berikutnya yang membahas bilangan prima. Pada abad ke 17, ahli matematika seperti Fermat, Euler, dan Gauss mulai memeriksa pola yang muncul pada bilangan prima. Konjektur dan teori yang dibuat para ahli matematika disaat itu menciptakan revolusi dari matematika, dan beberapa diantaranya masih dibuktikan hingga saat ini.[1]

B.     Pengertian Bilangan Komposit

Bilangan komposit adalah bagian dari bilangan asli yang memiliki lebih dari 2 faktor, sehingga bilangan komposit dapat dibagi lagi oleh bilangan lain selain angka 1 dan bilangan itu sendiri.
Nilai bilangan komposit adalah dari hasil perkalian dua atau lebih perkalian bilangan prima.
1 bukanlah bilangan komposit karena 1 hanya meiliki 1 faktor, sehingga bilangan komposit dimulai dari angka 4.
Berikut bilangan komposit 1-100
4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 42, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 54, 55, 56, 57, 58, 60, 62, 63, 64, 65, 66, 68, 69, 70, 72, 74, 75, 76, 77, 78, 80, 81,82, 84, 85, 86, 87, 88, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 98, 99, 100

Contoh A: 4 adalah bilangan komposit
Angka 4 dapat dibagi oleh angka 1, 2, dan 4
·         Dibagi oleh 1 yaitu 4 ÷ 1 = 4
·         Dibagi oleh dirinya sendiri yaitu 4 ÷ 4 = 1
·         Dibagi oleh bilangan lainnya yaitu 4 ÷ 2 = 2 (Syarat Komposit)
Sehingga diketahui 4 diperoleh dari perkalian 2 bilangan prima yaitu 2 × 2

Contoh B: 7 bukan bilangan komposit

Angka 7 hanya bisa dibagi oleh 1 dan 7, sehingga angka 7 hanya memiliki 2 faktor. Untuk selanjutnya angka 7 disebut bilangan prima.
Sehingga dapat diketahui setiap bilangan yang merupakan bilangan prima adalah bukan komposit.
bilangan komposit
Ilustrasi di atas merupakan perkalian bilangan prima yang menghasilkan bilangan komposit.

Contoh Bilangan Komposit

Himpunan bilangan komposit 1-10
{4, 6, 8, 9}
Himpunan bilangan komposit ganjil
{9, 15, 21, 25, 27, …}

Bilangan komposit merupakan bilangan asli yang lebih besar dari 1 dan bukan bilangan prima. Atau bilangan komposit juga bisa diartikan sebagai faktorisasi dari bilangan bulat. Pengertian lain juga mengatakan bahwa bilangan komposit yakni hasil perkalian antara dua atau lebih bilangan prima.
Selain itu bilangan komposit adalah bilangan cacah selain 1 dan 0 serta bukan termasuk bilangan prima. Bilangan komposit juga mempunyai istilah lain yaitu bilangan tersusun. Bilangan komposit juga memiliki faktor lebih dari dua.
Contoh bilangan komposit adalah sebagai berikut:
1.      Sepuluh Bilangan Komposit
4,6,8,9,10,12,14,15,16,18
2.      Bilangan Komposit Kurang dari 10
4,6,8,9
3.      Bilangan Komposit pada Dadu
4,6
4.      Sepuluh Bilangan Komposit Pertama
4,6,8,9,10,12,14,15,16,18
Bilangan komposit merupakan bilangan asli lebih besar dari dan bukan bilangan prima dan disebut sebagai bilangan yang memiliki faktor lebih dari dua. Bilangan ini bisa dinyatakan sebagai faktorisasi bilangan bulat dan hasil kali dua bilangan prima atau lebih.
Contohnya yaitu:
·         2 x 2 x2 = 8 atau 2x 2 = 4 atau 2^3 = 8 atau 2^2= 4
·         3 x 3 x 3 = 27 atau 3 x 3 = 9 atau 3^3= 27 atau 3^2= 9
Jadi kesimpulannya apabila ada perkalian 2 bilangan prima atau lebih maka bilangan tersebut merupakan bilangan komposit.

C.    Manfaat Bilangan Prima
            Saat ini bilangan prima dapat dimanfaatkan pada RSA dan El-Gamel yaitu suatu usaha penggunaan sandi rahasia untuk kepentingan pengamanan (Semantical Security). Dalam El-Gamel, dibutuhkan sebuah grup Zp *, yaitu grup dengan Z adalah himpunan bilangan prima dan operasi *. Kemudian El-gamel tidak hanya membutuhkan grup tetapi juga subgrup dari Zp* dengan generatornya diambil dari Grup Zp*. Hal tersebut diperlukan karena pengamanan dengan hanya menggunakan Plain Group, membuat kode keamanan El-Gamel menjadi kurang terjamin. Implikasi kebermanfaatan bilangan prima sekarang ini, digunakan untuk kode-kode rahasia kartu ATM suatu bank.[2]

D.    Definisi Bilangan Prima
            Bilangan prima adalah bilangan bulat positif (bilangan asli) yang lebih dari satu yang mempunyai hanya dua faktor atau yang mempunyai tepat dua pembagi, yaitu satu dan dirinya sendiri[3]. Berikut suatu tabel yang menunjukan banyaknya pembagi atau faktor dari bilangan.
1
2
3
4
5
6
7
8
1

2
3
5
7
11
13
17
19
23
29
31
37
4
9
25
6
8
10
14
1
21
22
26
27
33
34
35
15

12
18
20
28
32

24
30

            Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk kolom pertama hanya bilangan 1 yang mempunyai 1 faktor. Pada kolom kedua terlihat bahwa semua bilangan yang ada pada kolom tersebut hanya mempunyai 2 faktor. Setiap bilangan yang ada pada kolom ketiga mempunyai 3 faktor.
            Kolom keempat mempunyai 4 faktor, kolom kelima mempunyai 5 faktor, kolom keenam mempunyai 6 faktor, dan kolom kedelapan mempunyai 8 faktor. Sementara untuk kolom ketujuh tidak ada bilangan yang mempunyai 7 faktor.
Sebarang bilangan bulat positif yang mempunyai tepat dua pembagi positif berbeda disebut bilangan prima. Sebarang bilangan bulat yang lebih besar dari 1 yang mempunyai faktor positif selain 1 dan dirinya sendiri disebut bilangan komposit. Contoh : bilangan 4,6, dan 16 adalah bilangan komposit karena bilangan-bilangan itu mempunyai suatu faktor selain 1 dan dirinya sendiri. Bilangan 1 hanya mempunyai 1 faktor sehingga 1 bukan bilangan prima dan juga bukan bilangan komposit.
            Bilangan prima tersebut hanya satu yang merupakan bilanga genap, yaitu 2. Karena bilangan genap selanjutnya merupakan bilangan kelipatan 2, sehingga bilangan genap selain 2 adalah bilangan komposit.

E.     Faktorisasi Prima
            Suatu faktorisasi yang memuat hanya bilangan-bilangan prima disebut faktorisasi prima. Untuk menentukan faktorisasi prima dari suatu bilangan komposit yang diberikan, pertama kita tulis kembali bilangan tersebut sebagai suatu hasil kali dua bilangan-bilangan yang lebih kecil, kemudian pemfaktoran bilangan-bilangan yang lebih kecil sampai seluruh faktor-faktor adalah bilangan-bilangan prima.[4]
Contoh :
Perhatikan bilangan 260
260 = 2.2.5.13 = 22.5.13
            Prosedur untuk mencari faktorisasi prima dari suatu bilangan juga dapat menggunakan pohon faktor.

Lima Sifat Bilangan Prima
1.      Sifat 1 (teorema dasar aritmatika)
      Setiap bilangan komposit dapat di tulis juga sebagai hasil kali bilangan prima dalam satu dan hanya satu cara. Sifat ini merupakan dasar untuk menemukan faktorisasi prima dari suatu bilangan. Contoh : bilangan 260. Untuk menemukan faktor prima dari bilangan 260, maka kita mulai membagi bilangan 260 dengan bilangan prima terkecil yaitu 2, lalu kita periksa apakah 2 adalah pembagi bilangan itu. Jika tidak maka kita coba dengan bilangan prima yang lebih besar berikutnyadan kita periksa keterbagiannya oleh bilangan prima ini.
2.      Sifat 2
      Jika faktorisasi prima suatu bilangan n adalah n = P1q1. P2q2 . P3q3 . . . Pnqn, maka banyaknya pembagi n dalam (q1+1) (q2+1) . . . (qn + 1).
            Contoh : tentukan semua pembagi 912
            Jawaban :
     Faktorisasi prima dari 912 adalah 24 . 3 .19 . Ada 5 . 2 . 2 . Atau 20 pembagi. Pembagi-pembagi 24 adalah 1,2,4,8 dan 16. Pembagi-pembagi 3 adalah 1 dan 3. Pembagi-pembagi 19 adalah 1 dan 19. Dengan demikian pembagi-pembagi 912 adalah 1 , 2, 4, 8, 16, 3, 6, 12, 24, 48, 19, 38, 76, 152, 304, 57, 114, 228, 456, dan  912.
3.      Sifat 3
      Misalkn d ≠ 0 dan n ≠ 0. jika d adalah faktor n, maka  ⁿ/d adalah faktor dari n. contoh : Misalkan p adalah faktor prima terkecil dari bilangan n. Dengan menggunakan sifat 3, ⁿ⁄p adalah suatu faktor dari n. karena p adalah faktor terkecil dari n, kita peroleh p ≤   n⁄p jika p ≤  n⁄p maka p2 ≤ n.
4.      Sifat 4
      Jika n adalah suatu bilangan komposit maka n mempunyai suatu faktor prima p sedemikian sehingga p2 ≤ n.
      Sifat 4 ini dapat digunakan untuk menentukan suatu bilangan yang diberikan termasuk bilangan prima atau bilangan komposit. Contoh : bilangan 109. Jika 109 adalah bilangan komposit, maka 109 harus mempunyai suatu faktor prima p sedemikian sehingga p2 ≤ 109. Bilangan-bilangan prima yang dikuadratkan tidak melewati 109 adalah 2, 3, 5, dan 7. Kita tahu bahwa 2, 3, 5 dan 7 masing-masing bukan merupakan faktor dari 109. Dengan demikian 109 adalah bilangan prima.
5.      Sifat 5
      Jika n suatu bilangan bulat lebih besar dari 1 dan tidak dapat dibagi oleh sebarang bilangan prima p maka n adalah bilangan prima. Salah satu cara untuk menemukan seluruh bilangan prima yang lebih kecil dari suatu bilangan bulat yang diberikan adalah dengan menggunakan saringan Eratoshenes : Jika semua bilangan asli lebih besar 1 ditempatkan pada suatu “saringan” maka bilangan yang bukan bilangan prima diberi tanda silang (artinya jatuh melalui lobang saringan). Bilangan-bilangan yang tersisa adalah bilangan-bilangan prima.
      Berikut contoh bagaimana saringan Eratosthenes bekerja. Buat kotak 10 x 10 berisi bilangan 1 – 100. Selanjutnya kita akan mencoret angka kelipatan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 karena 10 merupakan akar kuadrat dari 100. Saat seluruh angka kelipatan dicoret, kita mesti mencoret angka kelipatan yang tersisa dari bilangan berikutnya. Setelah proses pencoretan angka kelipatan mencapai kelipatan 100 (berarti 50), angka yang tersisa akan menjadi bilangan prima. Saringan ini akan membuat kita mampu memperoleh sejumlah angka bilangan prima.[5]




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan.
Ada banyak macam bilangan diantarnya adalah : Bilangan prima dan bilangan komposit.
B.     Saran
            Mengingat pentingnya pelajaran matematika karena matematika termasuk pelajaran yang di ujikan dalam  Ujian Nasional untuk  itu penulis menyarankan agar konsep matematikan dapat tersampaikan dengan baik agar siswa dapat dengan mudah memahami soal-soal matematika dan menyelesaikannya.


DAFTAR PUSTAKA

Hamdani, Saepul dkk. 2009. Matematika 2 LAPIS PGMI. Surabaya : Amanah Pustaka
https://asimtot.files.wordpress.com/2010/05/bilangan-prima.pdf. diakses pada hari jumat, 24 Oktober 2014 pukul 16.34
http://www.bglconline.com/2014/07/penerapan-bilangan-prima/ diakses pada 17 Oktober 2014 pukul 13.45
http://endangarief-sejmat.blogspot.com/2009/12/sejarah-bilangan-prima.html diakses pada 17 Oktober 2014 pukul 13.45